Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan para pendukung dalam
foto tidak bertanggal yang disiarkan oleh Pusat Agensi Berita Korea
Utara (KCNA) di Pyongyang, Selasa (12/9). ANTARA
FOTO/REUTERS/KCNA/cfo/17
SEOUL, KOMPAS.com - Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un
menyatakan ingin mencapai “equilibrium” dalam hal kekuatan militer
dengan Amerika Serikat. Hal ini menjadi sinyal bahwa pendekatan
diplomasi semakin tipis untuk dilakukan.
“Tujuan akhir kami adalah menciptakan keseimbangan militer dengan AS, dan membuat AS takut untuk menggunakan kekuatan militernya,” kata Kim Jong yang dikutip dari KCNA, Sabtu (16/9/2017).
Korea Utara kemarin meluncurkan belasan misil sebagai bagian dari akselerasi program senjata nuklir yang didesain untuk mencapai target AS.
Setelah peluncuran misil-misil tersebut, Penasihat Keamanan Gedung Putih H.R. McMaster menyatakan bahwa AS telah kehilangan kesabarannya terhadap program nuklir Korea Utara.
“Kami telah kehilangan kesabaran,” ujar McMaster kepada jurnalis menanggapi peluncuran misil tersebut.
“Kepada mereka yang beranggapan tidak ada opsi militer, kami tegaskan bahwa (AS) punya opsi militer (terhadap Korea Utara),” lanjut dia.
Pada Jumat waktu setempat, Dewan keamanan AS juga mengecam provokasi Korea Utara melalui peluncuran misil tersebut.
Hal itu semakin meningkatkan sanksi terhadap Korea Utara terkait dengan uji coba bom nuklir yang dilakukan pada 3 September lalu, yang berujung pada sanksi berupa ditutupnya pasar ekspor tekstil serta pembatasan impor minyak.
Duta Besar AS di PBB Nikki Haley juga sepakat dengan pernyataan McMaster, meskipun dia menyebut bahwa Washington lebih mengedepankan resolusi krisis melalui diplomasi dan sanksi.
“Tujuan akhir kami adalah menciptakan keseimbangan militer dengan AS, dan membuat AS takut untuk menggunakan kekuatan militernya,” kata Kim Jong yang dikutip dari KCNA, Sabtu (16/9/2017).
Korea Utara kemarin meluncurkan belasan misil sebagai bagian dari akselerasi program senjata nuklir yang didesain untuk mencapai target AS.
Setelah peluncuran misil-misil tersebut, Penasihat Keamanan Gedung Putih H.R. McMaster menyatakan bahwa AS telah kehilangan kesabarannya terhadap program nuklir Korea Utara.
“Kami telah kehilangan kesabaran,” ujar McMaster kepada jurnalis menanggapi peluncuran misil tersebut.
“Kepada mereka yang beranggapan tidak ada opsi militer, kami tegaskan bahwa (AS) punya opsi militer (terhadap Korea Utara),” lanjut dia.
Pada Jumat waktu setempat, Dewan keamanan AS juga mengecam provokasi Korea Utara melalui peluncuran misil tersebut.
Hal itu semakin meningkatkan sanksi terhadap Korea Utara terkait dengan uji coba bom nuklir yang dilakukan pada 3 September lalu, yang berujung pada sanksi berupa ditutupnya pasar ekspor tekstil serta pembatasan impor minyak.
Duta Besar AS di PBB Nikki Haley juga sepakat dengan pernyataan McMaster, meskipun dia menyebut bahwa Washington lebih mengedepankan resolusi krisis melalui diplomasi dan sanksi.